LAPORAN
PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN
III: ISOLASI FLAVONOID
DARI
TEMU KUNCI (Bosenbergia pandurata)
Disusun oleh :
Nama Yohana Siti Riris Andayani
NIM : 1606067055
Tanggal Praktikum : 28 Mei 2018
Dosen Pembimbing : Erma YunitaM.Sc.,Apt.
A. Tujuan praktikum
Mahasiswa
mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari
temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
B.
Dasar
teori
Maserasi
Secara harfiah berarti merendam. Metode
ini merupakan metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam
metode ini. Catatan jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih
dahulu, jika tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri
pelarut. Proses maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan
cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya
ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan
warna pelarut.
Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang
mengandung C5 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan
carbon. Cincin A mamiliki karakteristik bentuk hidroksilasi floroglusinol atau
resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi
(Sastrohamidjojo, H., 2001).
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang
diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi
menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile),
pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan
sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika
fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi
serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa
bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi
yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan
kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan
kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler
C.
Alat
dan Bahan
1.Seperangkat
alat maserasi
2.
Seperangkat alat KLT
3.
Beaker glass
4.
Stirer
5.
Rotavapour
6. Cawan porselin
BAHAN
1.
Simplisia temu kunci (Boesenbergia pandurata)
2.
Etanol
3.
Etil asetat
4.
Heksan
5. Standar pinostrobin
E.Cara
kerja
1.EKSTRAKSI
Sebanyak
100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker
glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya
diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring.
Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour)
hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan
ke cawan porselin.
2.
ISOLASI DENGAN KLT PREPARATIF
Ekstrak
yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak
10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi
dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai.
Bercak
yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.
3.
IDENTIFIKASI
Ambil
sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap
dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi
sebagai berikut:
a. Fase diam : Silika gel GF 254
b. Fase gerak : Etil asetat :
Heksan (1:4)
c. Cuplikan : Larutan sampel dan
pembanding pinostrobin dalam etanol
d.
Deteksi : UV 254
Catat
harga Rf dan bandingkan dengan harga Rf standar pinostrobin
F.
Hasil pengamatan
1. Ekstraksi
Nama
simplisia
: Boesenbergia pandurata
Metode
ekstraksi
: maserasi
Jumlah
pelarut yang digunakan
: 200 ml
Ekstrak
yang didapat
: 7 gram
Rendemen = 7 gram : 100 gram X 100 %
= 7 %
Pemerian
ekstrak temu kunci :
Warna : kuning tua
Rasa : agak pahit , menimbulkan rasa agak tebal
Bentuk
/ / tekstur : cair
Bau : khas aromatik
2.Pengamatan dengan KLT preparative
Fase
gerak : etil asetat : heksan (4:1)
Fase
diam : Silica GF 254
Pembanding : Pinostrobin dalam etanol dan larutan sampel
3.Identifikasi
dengan Kromatografi Lapis Tipis
Fse
Fase gerak : etil asetat : heksan (4:1)
Fase
diam : Silica GF 254
Pembanding : Pinostrobin dalam etanol dan larutan sampel
Jarak
yang di tempuh fase gerak
: 8 cm
Jarak
yang di tempuh ekstrak temu kunci : 4.6 cm
Jarak
yang di tempuh larutan penostrobin : 4 .4 cm
Rf
pinostrobin = 4.4 cm : 8 cm
= 0.55
Rf
temu kunci = 4.6 cm : 8 cm
= 0.575
G.
Pembahasan
Pada
praktikum kali ini yaitu mengisolasi pinostrobin dan mengidentifikasi isolate
yang diperoleh dari temu kunci. Isolasi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 70 %.Metode maserasi ini bertujuan agar zat aktif
terdesak keluar dari sel. Pertama yang dilakukan adalah mencampur etanol dengan
serbuk halus temu kunci, kemudian diaduk menggunakas stirrer selama 1 jam , . Pengadukan
ini berfungsi agar serbuk dan etanol bersentuhan sehingga flavonoid dalam serbuk dapat tersari semua., kemudian
saring dengan kertas saring, pekatkan dengan rotary evaporator. Tujuan pemekatan
adalah supaya etanol benar – benar hilang dan diperoleh ekstrak
kental.Penguapan dengan rotary evaporator dilakukan kerena tekanan yang diperoleh dari rotary vaporator
menyebabkan etanol dapat menguap dibawah
titik didihnya sehingga suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi dan tidak
merusak ekstrak yang diperoleh. Digunakan pelarut etanol karena etanol dapat
menembus semua jaringa simplisia / tanaman untuk menarik zat aktif keluar dari jaringan
tanaman/ simplisia, etanol juga tidak menyebabkan pembengkakan pada membrane
sel dan memperbaiki stabilitas obat terlarut.sifatnya mampu mengendapkan
albumin,emghambat kerja enzim, melarutkan hamper semua bahan organiksenyawa
polar atau non polar, sehingga senyawa – senyawa kimia aktif sepertyi
flavonoid, alkaloid, tannin dan saponin dapat terlarut dalam pelarut.
Selanjutnya dilakukan isolasi dengan KLT
preparative yang bertujuan untuk memisahkan komponen dari zat pengotor. KLT
preparative berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan
komponen – komponen senyawa kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen
oleh karena daya serap absorben terhadap komponen kimia maka komponen bergerak
dengan kecepatan yang berbeda sehingga ini menyebabkan pemisahan (Munson, 2010
). Ekstrak kental ditotolkan memanjang pada silic GF 254 dengan pengembang etil
asetat : heksan (4: 1 ).Deteksi dengan sinar UV 366 nm, bercak / noda dengan
pita ditandai, kemudian dikerok dan dilarurkan menggunakan etanol dan diamkan
hingga etanol menguap, simpan padatan yang diperoleh dalam cawan porselen dan
tutup dengan rapat menggunakan aluminium foil selam 1 minggu ditempat
terlindung dari cahaya.
Identifikasi zat aktif dilakukan dengan
KLT . Padatan zat yang diperoleh dari isolasi dilarutkan dalam etanol kemudian
ditotolkan dlam lempeng silica dianalisa secar kualitatif dengan menggunakan
fase gerak etil asetat : heksan (1 : 4). Harga Rf temu kunci yang dipeoleh 0.575 sedang kan
harga Rf pembanding pinostrobin 0.5. Rendemen yang dihasilkan dalam percobaan ini sebesar 7%.Bercak yang terbentuk pada lempeng KLT
kuning kehijaun pada pengamatan menggunakan sinar UV 366 nm.
I.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Praktikan
mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci dan mengidentifikasi dengan
KLT
2. Temu
kunci diekstraksi dengan metode maserasi dan dihasilkan ekstrak cair berwarna
kuning tua
3. Temu
kunci postif mengandung FLavonoid ini dibuktikan pada identifikasi dengan KLT
warna bercak hijau kekuningan pada sinar
UV 366 nm
4. Hasil
dari isolasi pinostrobin temu kunci di percobaan ini murni mengandung
pinostrobin, ini ditunukkan dengan harga Rf temu kunci yang mendekati harga Rf
pinostrobin standar.
5. Rendemen
hasil praktikum sebesar 7 % tidak sesuai litreratur , literature menyebutkan
bahwa kadar sari yang larut etanol tidak kurang dari 14 % (MMIjilid I , 1977
halaman 23 ).
Lampiran
1. isolasi temu kunci
No
|
Prosedur
kerja
|
Keterangan
|
1
|
Timbng
100 g serbuk temu kunci
|
|
2
|
Masukan
serbuk rimpang dalam bekker glass dan
tambahkan etanol 70 %
|
|
3
|
Aduk
menggunakan stirer
|
|
4
|
Saring
dengan kertas saring
|
|
5
|
Uapkan
hasil penyaringan dengan rotary evaporator sampai kira kira lebih kurang dari
10 ml. Filtrat yang diperoleh sebanyak 7 gram
|
|
6
|
Pindahkan
dalam cawan porselen tutup dengan aluminium foil,simpan dalam tempat yang
terlindung dari cahaya
|
2.isolasi dengan KLT preparatif
No
|
Prosedur kerja
|
keterangan
|
1
|
Jenuhkandengan
fase gerak berupa campuran etil asetat: heksan (1 : 4)
Taruh
sepotong kertas saring, tutup
|
|
2
|
Totolkan
memanjang ekstrak temu kunci hasil
percobaan diatas permukaan lempeng silica GF254.
|
|
3
|
Masukkan
lempeng KLT di bejana yang telah jenuh
Kembangkan hingga fase gerak mencapai batas atas,
hentikan elusinya
|
|
4
|
Ambil
lempeng KLT , keringkan dengan cara
diangin anginkan pada suhu kamar
|
|
5
|
Deteksi
dengan sinar UV 366 nm
|
|
6
|
Kerok
bercak masukkan dalam cawan porselen,
larutkan dalam etanol ,uapkan hingga etanol benar benar hilang
|
|
7
|
Tutup
cawan dengan aluminium foil ,Simpan di tempat terlindung rai cahaya
|
3.Identifikasi dengan KLT
Prosedur kerja
|
keterangan
|
|||||||||||||||||||
1
|
Jenuhkan dengan
fase gerak berupa campuran etil asetat: heksan (4 :1)
Taruh
sepotong kertas saring, tutup
|
|||||||||||||||||||
2
|
Larutkan padatan temu kunci dengan etanol,Totolkan ekstrak temu kunci hasil
percobaan diatas permukaan lempeng silica GF254 sebanyak 10 kali
|
|||||||||||||||||||
3
|
Masukkan
lempeng KLT di bejana yang telah jenuh
Kembangkan
hingga fase gerak mencapai batas atas,
hentikan elusinya
|
|||||||||||||||||||
4
|
Ambil
lempeng KLT , keringkan dengan cara
diangin anginkan pada suhu kamar
|
|||||||||||||||||||
5
|
Deteksi
dengan sinar UV 366 nm, pada lempeng terlihat bercak berwarna hijau kekuningan pada sample dan zat pembanding pinostrobin
|
|||||||||||||||||||
6
|
hitung Rf | |||||||||||||||||||
7 |
didapat Rf pembanding sebesar 0,55 dan Rf ekstrak temu kunci sebesar 0,575
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar