Minggu, 22 Juli 2018

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA FRAKSINASI EKSTRAK TEMU KUNCII


LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN VI
FRAKSINASI SECARA EKSTRASI CAIR - CAIR


Nama                                        :  Yohana Siti Riris Andayani
NIM                                          :  1606067055
Kelompok                                :  B /6
Hari , Tanggal Praktikum       : Senin , 16 Juli 2018
Dosen Pembimbing               : Erma Yunita, M.Sc., Apt.




LABORATURIUM F ITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018


A.Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan Ekstraksi Cair-cair.
B. Dasar Teori
Fraksinasi
Ekstrak kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawa sehingga sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolat yang murni. Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berisi kelompok senyawa yang memiliki sifat polaritas atau ukuran molekul yang hampir sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi cair-cair kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom, misalnya kromatografi cair vakum, kolom kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran, atau ekstraksi fase padat. Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak fraksi karena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa dalam konsentrasi yang kecil.
Partisi Ekstraksi Cair - Cair
Ekstraksi cair - cair merupakan suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi corong pisah.Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fasa tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
             Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas yang berbeda yang tak tercampur. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola, mempunyai penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan kedalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
          Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa organic lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun etilasetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut non polar.
Terjadinya proses pemisahan dapat dengan cara :
1)    Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan padatan dengan cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi pemisahan dengan baik, maka komponen-komponen tersebut harus mempunyai afinitas yang berbeda terhadap adsorben dan ada interaksi antara komponen dengan adsorben
2)    Partisi - Fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling bercampur - Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara fase diam dan fase gerak.  Karena fase diam memberikan daerah yang sangat luas  bagi  fase  gerak,  maka  pemisahan  berlangsung  lebih baik.
       Prinsip ekstraksi cair-cair adalah dilakukan dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimi yang terpisah.
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).
C. Alat dan Bahan
 Alat
1.Beaker gelas
2.corong pisah
3.gelas ukur
BAHAN
1. Ekstrak hasil maserasi temu kunci
2. n-Heksan
3. Etil Asetat
4. Etanol 96%
5. Aquadest
6. Standar pinostrobin

 D. Cara Kerja
1.Ekstraksi Cair – cair
          Ekstrak temu kunci hasil maserasi diencerkan menggunakan air, masukkan ekstrak ke dalam corong pisah lalu tambahkan dengan air sebanyak 20 ml, difraksinasi berturut-turut dengan air selama 4 kali, pada fraksi ke 2 dan ke 4 ambil sedikit sampel untuk di KLT, jika pada fraksinasi batas tidak terlalu nampak dapat ditambahkan NaCl  10% sebanyak  5 ml.
2.Identifikasi Kromatografi lapis tipis :
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : n-heksan : etil saetat (4:1)
Cuplikan : Hasil fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak murni
Deteksi : UV 366 nm
E. Hasil pengamatan
Nama simplisia : Boesenbergia pandurata
Metode ekstraksi : maserasi
Urutan fraksinasi :
Fraksi I  : 20 ml ekstrak temu kunci ditambah 20 ml air masukkan dalam corong pisah ,  kocok ,biarkan  memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi I   

Fraksi II : ekstrak temu kunci  sisa fraksi I ditambah 20 ml air  ,  kocok ,biarkan  memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi II 
 
Fraksi  III : ekstrak temu kunci sisa fraksi II ditambah 20 ml air  ,  kocok ,biarkan  memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi III    

Fraksi IV: ekstrak temu kunci  sisa fraksi III ditambah 20 ml air,  kocok ,biarkan  memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi IV   

 JUmlah solvent :
Solvent I  : 20 ml aquadest
Solvent II : 20 ml aquadest
Solvent III: 20 ml aquadest
Solvent IV : 20 ml aquadest

 Hasil identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis
                Fase diam : Silika gel GF 254
                Fase gerak : n-heksan : etil saetat (4:1)
               Cuplikan : Hasil fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak murni
                           Deteksi : UV 366 nm
Jarak yang ditempuh fraksi II : 3.7 cm
Rf = 3,7 cm : 8cm
    = 0,4625

Jarak yang ditempuh fraksi IV : 3.5 cm
Rf = 3,5 cm : 8cm
    =0.4375

Jarak yang ditempuh pembanding : 3.78cm
Rf = 3,8 cm : 8cm
    = 0.475

F. Pembahasan

        Pada praktikum kali ini yaitu fraksinasi ek terhadap maserat temu kunci. Fraksinasi sendiri  sendiri adalah  pemisahan  senyawa senyawa berdasarkan kelarutan  . dalam praktikum ini menggunakan corong  pisah , corong pisah ini digunakan untuk  memisahkan komponen  dalam suatu campuran antara dua fasa pelarut dengan densitas berbeda yang tak tercampurkan.
        Ekstrak temu kunci di fraksinasi dengan pelarut air di dalam corong pisah , dikocok dengan satu arah dan dilakukan fraksinasi sebanyak 4 kali , pada fraksinasi kedua dan ke empat diambil  sedikit untuk pengujian KLT. Dalam identifikasi secara KLT ini digunakan ekstrak hasil Ektrak Cair-Cair yang dalam keadaan cair. Kemudian  sampel yang telah disiapkan ditotolkan menggunakan pipet kapiler pada  lempeng (untuk masing-masing sampel) yang telah diaktifkan, karena lempeng memiliki rongga-rongga udara atau kelembabannya tinggi jadi harus diaktifkan jika tidak diaktifkan maka akan mempengaruhi proses elusi dari lempeng, dan jika proses elusi terganggu maka akan mempengaruhi penampakan noda. . Kemudian lempeng yang telah ditotol dimasukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan dengan peletakan 450. Adapun tujuan dari penjenuhan chamber adalah untuk menyamakan tekanan di dalam dan di luar chamber di mana tekanannya yaitu 1 atm, sehingga nantinya akan memudahkan senyawa untuk terelusi. Setelah itu chamber ditutup dan dibiarkan hingga  terelusi ke atas sampai batas elusi yang telah dibuat. Setelah terelusi sempurna lempeng dikeluarkan dan diangin-anginkan hingga kering dan selanjutnya dilakukan penandaan pada noda yang tampak. selanjutnya noda yang terbentuk diamati di bawah sinar lampu UV 366 nm, dimana  penampakan noda pada lampu UV 366 nm lempeng akan tampak berwarna gelap sedangkan noda akan berflouresensi hal ini disebabkan karena adanya daya interaksi antara Uv dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut.    
         Dari hasil pengamatan terlihat dari ketiga noda terlihat warna kuning kehijuan yang sama jelasnya ,seharusnya ada perbedaan dari fraksi I dan fraksi Iv, dimana fraksi I  seharusnya tampak lebih jelas dari pada fraksi yang IV, ini dimungkinkan pada waktu penggojokan kurang maksimal atau  pada waktu penotolan  tidak sama rata. Pada hasil KLT harga Rf fraksi pertama 0.4625 dan Fraksi ke empat 0.4375 dan  Rf pembanding 0.475.
G.Kesimpulan
Berdasarkan percobaaan diatas dapat disimpulkan :
1. Praktikan mampu melalukan fraksinasi pada ekstrak temu kunci dengan ekstraksi cair – cair
  2. Hasil dari farksinasi I dan IV  pada identifikasi KLT pada sinar UV 366 nm tidak ada perbedaan , ini dikarenakan kurang dalam pengocoka di corong pisah atau penotolan pada lempeng tidak sama rata.
H. Daftar Pustaka
Anonim, 1989, Materia Medika Jilid Iv, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hostettman , K., dkk.,1995, Cara Kromatografi Preparatif , Penerbit ,ITB, Bandung
Sastroamidjojo , Hardjono, 2001.Kromatografi, Liberty, Yogyakarta
I.Lampiran
NO
Prosedur kerja
keterangan
1


Ekstrak temu kunci  sebanyak 20 ml masukkan corong pisah ,tambah  aquadest 20 ml, tutup
2




Kocok beberapa kali hingga merata
3


Buka kran, biarkan memisah, buang  bagian airnya
4


Cuplik sedikit , taruh di drop plat  sebagai fraksi I
5

Pada sisa ekstrak yang di corong pisah tambahkan aquadest 20 ml, kocok, biarkan memisah dan buang bagian air , cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi II dan ulangi  langkah tersebut hingga didapat Fraksi II dan IV 
6


Jenuhkan bejana dengan fase gerak n heksan : etil asetat (4 : 1)
7


Totolkan fraksi I , IV dan pembanding diatas lempeng silica

8


Masukkan dlam bejana, elusikan sampai tanda batas atas
9


Ambil lempeng KLT kering anginkan dan deteksi pada sinar UV 366 nm, terlihat pada ketiga  totolan berwarna kuning kehijauan
10




 Ukur  dan Hitung harga Rf

Minggu, 15 Juli 2018

Laporan praktikum fitokimia merica/ lada hitam (piperis nigris),yoan,afiyo


LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN IV
ISOLASI DAN DIDENTIFIKASI PIPERIN DARI FRUCTUS PIPERIS NIGRIS




Nama                                        :  Yohana Siti Riris Andayani
NIM                                          :  1606067055
Kelompok                                :  B /6
Hari , Tanggal Praktikum      : Senin,2 Juli 2018
Dosen Pembimbing              : Erma Yunita ,M.Sc.,Apt


LABORATURIUM  FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA

2018




A.Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari Piperis nigri fructus atau Piperis albi fructus beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis tipis.
B. Dasar Teori
Klasifikasi  tanaman lada adalah sebagai berikut:
Divisi              : Magndrophyta
Kelas               : Magnolipisida
Anak kelas      : Magnolidae
Bangsa             : piperales
Suku                : Piperaceae
Marga              : Piper  
Spesies            : Piper Ningrum L
Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Lada memilki rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Rasa pedas dari buah lada hitam 90-95% disebabkan oleh adanya komponen trans piperin yang ada dalam buah kering yang kadarnya 2-5 % dan terdiri atas senyawa asam amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada meskipun diencerkan 1:200.000. rasa pedas juga disebabkan oleh adanya kavisin yang merupakan  isomer basa piperin. Kandungan lain yang menghasilkan bau aromatic adalaah minyak atsiri dengan kadar 1-2,5 % yang mengandung piperanol, eugenol, safrol, metal eugenol dan miristissin. Lada hitam juga mengandung monoterpen dan seskuiterpen.
Piperin (1-piperilpiperidin) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin. Piperin berbentuk Kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,5 , merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam  alcohol, benzene, eter dan sedikit larut dalam air. Hidrolisis piperin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan 10 % KOH-etanol menjadi asam piperat.
       Metode yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam adalah ekstraksi soxhlet yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan dengan menggunakan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang  berbeda dari komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis pelarut didasarkan atas beberapa factor, yaitu selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur, reaktivitas, titik didih, dan kriteria lainnya (Bernasconi, 1995). Ekstraksi serbuk kering jaringan tumbuhan dapat dilakukan secara maserasi, refluks, atau sokletasi dengan menggunakan pelarut yang tingkat kepolarannya berbeda-beda Proses isolasi dengan sokletasi memanfaatkan sirkulasi pelarut dalam sistem secara  berulang sehingga penggunaan pelarut lebih efektif.. Oleh karena itu, pada penelitian  proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode sokletasi. Dalam proses sokletasi pelarut diuapkan ke dalam labu soxhlet dan turun secara berkala sesuai dengan titik didih pelarut sehingga terjadi pergantian pelarut secara berkala (Tonius et al, 2016).
Piperin
Piperin merupakan senyawa yang tahan terhadap panas dan piperin yang digunakan untuk ekstraksi berupa serbuk halus, tujuannya supaya didapat sari dengan dengan kadar yang optimal karena jika suatu sampel ukuran partikelnya diperkecil maka partikel mudah terbasahi oleh solvent sehingga senyawa dalam simplisia mudah tersari. Proses isolasi piperin dari ekstrak lada hitam dapat dilakukan dengan metode rekri talisasi. Secara harfiah rekristalisasi berarti pembentukan kristal kembali. (Harborne. J.B., 1987)

Soxhlet
Merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan pemanasan untuk destilasi pelurut sehingga terjadi sirkulasi pelarut melalui serbuk simplisia. Metode ini efisiensi dalam pemanfaatan pelarut tetapi berisiko pembentukan artefak akibat penggunaan panas. Pelarut yang digunakan pada metode Soxhlet minimal cukup untuk 2 kali penyarian. Proses ekstraksi dengan Soxhlet dihentikan apabila warna pelarut yang ada didalam Soxhlet sama seperti warna pelarut awalnya.

Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).
C. Alat dan Bahan
 Alat
1. Alat penyari soxhlet
2. Seperangkat alat KLT
BAHAN
1. Piper nigrum
2. Etanol 96%
3. KOH-etanolik 10%
4. Diklormetana
5. Etil Asetat

 D.CARA KERJA
1 EKSTRAKSI DAN ISOLASI
Timbang 30 gram serbuk merica, masukkan ke dalam alat penyari soxhlet yang telah dipasang kertas saring, kemudian tambahkan etanol 96% paling sedikit sebanyak 2 kali sirkulasi (± 120 ml). Jangan lupa untuk menambahkan batu didih. Penyarian dilakukan selama 2 jam dengan kecepatan 6-8 sirkulasi per jam. Setelah dingin, pisahkan sari dari bagian yang tidak terlarut dengan penyaringan melalui kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan di atas penangas air sampai kering atau konsistensi kental. Kemudian tambahkan 10 ml KOH-etanolik 10% sambil diaduk-aduk sehingga timbul endapan. Setelah mengendap, pisahkan sari dari bagian yang tidak larut melalui glass wool. Sari jernih yang didapat didiamkan dalam almari es sampai hari praktikum yang akan datang, atau sampai pembentukan kristal optimal.
2 PEMURNIAN
Kristal yang timbul dipisahkan, dicuci dengan etanol 96% (dingin) dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40ᴼC selama 30-45 menit kemudian disimpan dalam eksikator yang dilengkapi kapur tohor. Kristal yang diperoleh ditimbang dan diidentifikasi dengan KLT.
3 IDENTIFIKASI
Ambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:
a. Fase diam : Silika gel GF 254
b. Fase gerak : Diklormetana : Etil asetat (75:25)
c. Cuplikan : Larutan sampel
d. Deteksi : UV 254, disemprot dengan anisaldehid asam sulfat Dan dipanaskan 110 selama 
                  10 menit
Catat harga Rf yang diperoleh

E. Hasil Pengamatan
1.Ekstraksi dan Isolasi
Nama Simplisia                  : Piperis nigris
Metode ekstraksi                : Soxhletasi
Jumlah pelarut                    : 350 ml etanol 96 %
Jumlah siklus                      : 3 kali

Pemerian ekstrak:
aroma                    : khas aromatic
Warna                   : kuning keemasan
Bentuk / tekstur    : cair
2. Pemurnian dan identifikasi  dengan KLT tidak dilakukan karena Kristal yang terbentuk sedikit sekali


Hasil pengamatan  ekstraksi dan Isolasi piperis nigris
No
Prosedur Kerja
keterangan
1


Timbang 10 gram merica  yang sudah dihaluskan
2







Masukkan serbuk merica dalam kertas saring dan jahit dengan rapat (seperti the celup)
3
 
Masukkan dalam alat soxhlet , tambahkan etanol 96% . Penyarian dilakukan pada suhu 600C, sampai warna pelarut kembali pada warna asal. Pada percobaan ini siklus terjadi 3 kali
4
 
Setelah dingin , saring dengan kertas saring
5
 
Filtrat yang diperoleh diuapkan di rotary evaporator  .
6
 

Dalam filtrate tambahkan KOH – etanolik 10% ,sambil diaduk hingga timbul endapan
7
 
Saring dengan kertas saring
8



Sari jernih yang didapat , diamkan dalam lemari es selama1 minggu ,
9


Setelah 1 minggu , sari jernih tersebut saring , untuk mengetahui  ada atau tidaknya kristal yang terbentuk
10


Setelah diamati , ternyata Kristal yang terbentuk sedikit sekali sehingga tidak bisa dilakukan pemurnian dan identifikasi dengan KLT

F. Pembahasan
       Pada percobaan ini , menggunakan metode ekstraksi continue untuk memperoleh senyawa piperin dari lada hitam/merica. Metode ekstraksi continue yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh hasil ekstrak yang lebih murni lagi. Lada hitam yang digunakan dibersihkan dan dihaluskan hingga terbentuk serbuk lada yang halus. Tujuan penghalusan lada hitam adalah agar zat-zat yang terkandung di dalam lada hitam mudah melarut dalam pelarut yang digunakan. Hal ini karena semakin halus serbuk, maka kelarutan akan meningkat karena semakin banyak terjadi kontak dengan pelarut, sehingga semakin banyak zat yang dapat terbentuk dan semakin efisien proses pemisahan atau ekstraksi yang terjadi.

      Karena sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah lada hitam yang berupa padatan, sehingga metode ekstraksi continue yang digunakan  dengan cara soxhletasi. Sebelum melakukan soxhletasi, dilakukan tahap preparasi atau persiapan, yaitu membungkus sampel serbuk lada hitam yang digunakan dengan kertas saring sedemikian rupa dan ditutup rapat dibagian pinggirnya ( dijahit), agar serbuk tidak pecah atau keluar dari kertas saring pada saat proses ekstraksi berlangsung. Kertas saring digunakan sebagai pembungkus karena kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang dapat memperudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung di dalam sampel.
       Dalam proses soxhletasi pada percobaan ini, menggunakan pelarut berupa etanol 96%. Pelarut etanol digunakan untuk melarutkan zat yang diinginkan dari dalam lada hitam. Etanol digunakan karena baik piperin maupun etanol memiliki kepolaran yang sama yaitu bersifat polar sehingga etanol mampu melarutkan piperin sesuai dengan prinsip like dissolved like. Dari literature diperoleh bahwa piperin merupakan senyawa alkaloid yang dapat larut dalam alcohol yaitu etaol, dimana antara piperin dengan etanol mampu untuk membentuk ikatan hydrogen.
       Selanjutnya memasukkan kertas saring yang sudah berisi serbuk lada hitam ke dalam alat soxhlet, kemudian memasukkan etanol absolute ke dalam labu bundar dan merangkai alat soxhlet serta melakukan proses ekstraksi selama beberapa jam (± 2 jam).
        Proses yang terjadi selama soxhletasi adalah pelarut etanol dipanaskan dalam labu bundar sehingga menguap dan didinginkan menggunakan kondensor, sehingga jatuh berupa cairan ke sample (lada hitam) untuk melarutkan zat aktif di dalam sampel lada hitam dan jika cairan pelarut telah mencapai permukaan sifon maka seluruh cairan pelarut etanol yang membawa solute telah mencapai permukaan sifon akan keluar melalui pipa kecil menuju labu bundar datar dan proses ini terjadi secara terus menerus atau continue sehingga terjadi proses soxhletasi. Dari proses soxhletasi dihasilkan ekstrak lada hitam sebanyak 120 mL dan dalam proses pada alat soxhlet ini mengalami 3 siklus yang continue menghasilkan larutan lada hitam atau ekstraktan yang berwarna kuning keemasan.
       Hasil tadi kemudian dievaporasi dengan rotary evaporator  yang bertujuan untuk memisahkan hasil ekstrak dengan pelarutnya, yakni etanol. Dalam  rotary evaporator akan terjadi pemisahan ekstrak dari pelarutnya (etanol) dengan prinsip pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu bundar, pelarut dapat menguap 5 – 100C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan adanya perubahan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan pelarut etanol akan menguap naik ke kondersor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut etanol murni yang ditampung dalam labu bundar sebagai penampung pelarut, sehingga diperoleh ekstrak kental. 
       Selanjutnya, ekstrak yang pekat tadi ditambahkan dengan larutan KOH dalam etanol dan diaduk sampai timbul endapan. Penambahan larutan KOH dalam etanol bertujuan untuk memperoleh piperin dari ekstrak pekat tersebut, dimana di dalam ekstrak tersebut terdapat komponen lain ketika ditambahkan KOH-etanol yang menyebabkan piperin yang ada dalam ekstrak tersebut bereaksi menjadi garam asam piperat dan dengan penamhabah KOH –etanolik dapat mengeliminasi senyawa lainnya karena dalam ekstrak terdapat zat pengotor.Masih terdapat zat pengotor ini disebabkan senyawa piperin merupakan senyawa alkaloida golongan amida yang dapat mengalami hidrolisis baik senyawa asam maupun basa.Jadi penambahan KOH etanolik untuk mengisolasi senyawa  piperin dalam bentuk garamnya, karena berdasarkan literature  menyatak bahwa senyawa alkaloida seringkali diisolasi   dalam bentuk garam asam piperat .
       Filtrat yang terbentuk disaring yang bertujuan untuk memisahkan dari zat pengotor. Filtrat yang terbentuk kemudian didiamkan selama1 minggu agar pembentukan kristarl optimal. Setelah  1 minggu , filtrate diamati dan disaring . Hasil nya menunjukkan bahwa Kristal yang terbentuk sedikit sekali sehingga tidak mungkin dilakukan isolasi dan identifikasi dengan KLT , ini dikarenakan pada proses evaporasi menggunakan rotary evaporator  kurang lama sehingga ekstrak yang dihasilkan kurang kental.
G.Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Praktikan dapat mengisolasi piperin dari merica
  2. Metode yang dipakai dalam mengisolasi piperin menggunakan cara soxhletasi
  3. Dikarenakan ekstraknya kurang kental maka tidak terbentuk Kristal pada rekristalisasi .
H. Daftar Pustaka
Anonim,1980.Matera Medika Indonesia jilid IV, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia .
Hostettmann,K.,dkk.,1995.Cara Kromatografi Preparatif,Penerbit ITB, Bandung.
Sastrohamidjojo,Hardjono.,2001,Kromatografi , Liberty,Yogyakarta.