Minggu, 27 Mei 2018

laporan praktikum fitokimia daun sirih yoan Afiyo


LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN II
IDENTIFIKASI TANIN DARI DAUN SIRIH HIJAU ( Piper betle L.)


Nama                                        :  Yohana Siti Riris Andayani
NIM                                          :  1606067055
Kelompok                                 :  B /6
Hari , Tanggal Praktikum         :  Senin , 7 Mei 2018
Dosen Pembimbing                  : Erma Yunita M.Sc., Apt



LABORATURIUM F ITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018




A.Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat memahami dan dapat melakukan identifikasi tanin dari daun sirih hijau berikut analisis kualitatif golongan senyawa tersebut dengan metode Kromatografi lapis Tipis
B. Dasar Teori
Infusa Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama. Keuntungan dan kekurangan metode infundasi: a. Keuntungan: 1. Unit alat yang dipakai sederhana 2. Biaya operasionalnya relatif rendah 3. Dapat menyari simplisia dengan pelarut air dalam waktu singkat b. Kerugian: 1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali, apabila kelarutannya sudah mendingin. 2. Menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.

Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).


C. Alat dan Bahan
 Alat
1. Seperangkat alat maserasi
2. Seperangkat alat KLT
3. Beaker glass
4. Stirer
5. Rotavapour
6. Cawan porselin

BAHAN
1. Simplisia temu kunci (Boesenbergia pandurata)
2. Etanol
3. Etil asetat
4. Heksan
5. Standar pinostrobin

D. Cara Kerja
1. EKSTRAKSI DAN ISOLASI
Timbang 40 gram sebuk bahan, masukkan dalam panci infus dan tambahkan 240 ml air. Didihkan selama 15 menit 90ᴼC. Saring campuran melalui corong Buchner sehingga diperoleh filtrat yang jernih dan pindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml yang bersih. Simpan dalam lemari es selama 1 minggu sehingga terbentuk kristal amorf putih kekuningan. Tuangkan sebagian besar larutan jernih dengan hati-hati agar kristal tidak ikut tertuang, kemudian saring kristal yang ada pada dasar erlenmeyer melalui kertas saring yang telah ditara. Jika masih ada kristal yang menempel pada dasar erlenmeyer bilas dengan air suling dan tuangkan bilasan ke kertas saring, cuci kristal dengan 10 ml air es. Keringkan kertas saring bersama endapan pada suhu 50ᴼC, sampai kering kemudian ditimbang untuk memperoleh rendemen dari hasil yang didapat.

2. IDENTIFIKASI FLAVONOID
Larutan dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:
a. Fase diam : Silika gel GF 254
b. Fase gerak : n-butanol – asam asetat – air (5:1:4)
c. Cuplikan : larutan sampel dan pembanding larutan asam tanat
d. Deteksi : UV 366

Catat harga Rf dan warna yang terbentuk.

E. Hasil Pengamatan

a.Ekstraksi dan isolasi

Nama simplisia                        : Piper betle
Metode ekstraksi                     : infundasi
Jumlah pelarut yang digunakan : 240 ml
Jumlah siklus                           : 1 kali
Rendemen ekstrak                = 103 gram : 280 gram X 100 %
                                          = 36.67 %
Pemerian ekstrak daun sirih
Warna  : coklat
Rasa    : sedikit pedas
 Bau    : aromatic
Bentuk / tekstur : cair

b.identifikasi  dengan kromatografi

fase diam      : silica GF 254
fase gerak     : n – butanol – asama asetat – air (5 :1:4)
pembanding  : Larutan asam tanat
Jarak yang ditempuh Analit = 4,4 cm
Jarak yang ditempuh  larutan pembanding = 4,9 cm



Rf analit          = 4.4 cm : 6 cm
                       = 0.81

Rf pembanding = 4.9 cm : 6 cm
                        = 0.73   

no
Prosedur Kerja
Keterangan

1
 
 daun sirih hijau yang sudah di cuci  di timbang sebanyak gram


2

 
Daun sirih di Rajang kira kira 2 cm
  
3
 
 Masukkan dalam panci  infus,  tambahkan  240 ml air
4
 
Didihkan dengan suhu 90 derajat celcius selama 15 menit
5
 

Biarkan dingin, ambil ampas, saring dengan kertas saring

6

Filtrat masukkan dalam Erlenmeyer
7

Jenuhkan  bejana kromatografi dengan fase gerak  berupa campuran : n-butanol – asam asetat – air (5:1:4)


8
 
Taruh sepotong kertas saring dalam bejana, tutup
9

Siapkan lempeng kromatografi silica gel GF 254 , beri tanda garis awal dan akhir
10
 
Totolkan hasil filtrate daun sirih dan totolkan larutan asam tanat ke atas permukaan lempeng KLT


11

Masukkan lempeng KLT dalam bejana kromatografi yang sudah di jenuhkan
12
 
Setelah fase gerak mencapai batas atas , hentikan elusinya, ambil lempeng kromatografi kering kan dengan cara diangin – angin dan biarkan pada suhu kamar
13


Hasil pengamatan pada sinar tampak
14




Hasil pengamatan pada sinar UV 366 nm , analit berwarna hijau




  


Lempeng silica GF  254 di semprot dengan larutan FECl3 terbentuk warna hijau kehitaman 









F. Pembahasan
         Infundasi adalah proses penyarian untuk kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan – bahan nabati. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90 C  selama 15 menit.Pada praktikum ini menggunakan daun sirih hijau segar .
Sebelum silakukan perebusan . daun sirih dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan,selanjutnya dilakukan perajangan kurang lebih 1 cm. Tujuan dari perajangan adalah untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas permukaan menjadi lebih besar dan zat aktif akan tersari lebih banyak.Setelah perajangan kemudian timbang sebanyak 40 gram, masukkan dalam panci infus  tambahkan air sebanyak 240 ml.  Digunakan pelarut air karena menurut literature bahwa infundasi dilakukan dengan menyari  kandungan zat aktif larut dalam air.Selain itu keuntungan lain air sebagai pelarut yaitu murah dan mudah didapat, tidak beracun, dan mudah didapat . Tetapi air  juga memiliki kelemahan yaitu tidak selektif , sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman sehingga  cairan infusa cepat rusak.Dari kelemahan tersebut maka sari yang diperoleh dari cara infundasi tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam karena penyarian secara infundasi  menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah di tumbuhi kapang dan kuman.
        Didihkan panci infus dengan suhu 90 derajat celcius selam 15 menit.Digunakan suhu 90 derajat celcius karena pada suhu tersebut pelarut dapat menarik zat aktif yang ada dalam daun sirih. Kemudian  disaring  dengan kertas saring dalam kondisi dingin, karena  untuk menghindari penguapan dimana daun sirih mengandung minyak atsiri yang tinggi.
Volume yang didapat dari proses infundasi adalah sebanyak 103 gram. Sehingga dapat dihitung rendemen ekstrak dengan rumus :
Rendemen ekstrak = berat ekstrak yang didapat : berat simplisia  X 100 %.
Dan diidapat rendemen ekstrak sebanyak 36,79 %. Ini sesuai literature , yaitu literature menyatakan bahwa rendemen yang didapat tidak kurang dari 14 % (MMI,1980)
         Untuk percobaan yang kedua yaitu mengidentifikasi dengan KLT ( krimatografi Lapis Tipis ) digunakan fase  diam lempeng silica GF 254 dan  fase gerak yang  terdiri dari          n – butanol : asam asetat : air (5:4:1).Prosedur pertama yang dikerjakan adalah penjenuhan chamber dengan fase gerak dengan meletakkan kertas saring pada  chamber .Siapkan lempeng silica GF 254 yang sudah ditotol filtrate daun sirih dan pembanding ( larutan asam tanat ) kemudian masukkan dalam chamber yang sudah dijenuhkan.Biarkan fase gerak bergerak  sampai pada tanda batas akhir. Kemudian hentikan elusi , ambil lempeng Silica GF 254 kering anginkan pada suhu kamar dan deteksi dengan UV 254 nm dan 366 nm. Dalam penyinaran menggunakan UV 366 nm terlihat warna hijau pada analit. Ini menandakan bahwa daun sirih hijau mengandung tannin.
            Untuk pembuktian lebih lanjut silica GF 254 di semprot dengan FeCl3 , terbentuk warna hijau kehitaman , ini membuktikan bahwa daun sirih hijau positif mengandung tannin.Jarak tempuh analit diukur  yaitu 4,4 cm dan jarak tempuh larutan pembanding 4.9 cm. Sehingga dapat dihitung Retensi faktor nya (Rf) dengan rumus = jarak yang ditempuh analit : jarak yang ditempuh  fase gerak, dan didapat Rf analit sebesar 0,81 dan Rf pembanding 0, 71.

G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan
1.     Praktikan memahami dan dapat melakukan identifikasi tannin dari daun sirih hijau berikut analisis kulitatif dengan metode KLT
2.     Rendemen ekstrak didapat 36,79 %  sesuai dengan literature yang ada          
3.     Rf analit didapat 0,81 dan Rf pembanding  didapat 0,73
4.     Pada pengamatan   plat silica GF 254 dibawah sinar UV 366 nm terdeteksi warna hijau pada analit
5.    Daun sirih hijau positif mengandung tannin  dibuktikan dengan penyemprotan  FeCl3 pada lempeng silica GF 254   terbentuk warna hijau kehitaman



H. Daftar Pustaka

 Departemen Kesehatan RI,1989, Maetria Medika Indonesia jilid V, Jakarta :    
       Departemen   Kesehatan Republik Indonesia.
Hostettman .K., dkk.,1995,Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit ITB, Bandung.
Sasrohamidjojo, Hardjono.,2001, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta.





Minggu, 06 Mei 2018

yoan,pembuatan simplisia , skrining fitokimia daun sereh cymbopogon winterianus laporan praktikum


LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN I
PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SKRINNING FITOKIMIA



Nama                                        :  Yohana Siti Riris Andayani
NIM                                          :  1606067055
Kelompok                                :  B /6
Hari , Tanggal Praktikum      : Senin, 23 April 2018
Dosen Pembimbing              : Erma Yunita, M.Sc., Apt.




LABORATURIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018




A.Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan pembuatan simplisia serta prosedur penapisan fitokimia untuk mengidentifikasi kandungan zat aktif simplisia.
B. Dasar Teori
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan.
Terdapat 3 jenis simplisia yaitu :
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.

Proses pembuatan simplisia
1. Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan krikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan sebagainya).
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida.
4. Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk untuk rimpang, daun dan herba adalah perajangan
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri serta memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya). Pengeringan dapat dilakukan lewat sinar matahari langsung maupun tidak langsung juga dapat dilakukan dalam oven dengan suhu maksimum 60oC.






6. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya, atau dibersihkan dari kotoran hewan.

7. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan yang lainnya (Anonim, 2000).

            Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapt digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum, dan lain-lain. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin,kumarin, quinon, steroid/terpenoid (Teyler V.E, 1988).
C. Alat dan Bahan
 Alat
1. Tabung reaksi
2. Beaker glass
3. Pipet tetes
4. Spatula
5. Pengaduk
6. Pemanas
7. Corong
8. Penjepit

BAHAN
1. Daun ketela segar, simplisia lada, simplisia temu kunci, sereh segar
2. Aquadest
3. Timbal (II) asetat
4. Kloroform
5. Isopropanol
6. Natrium Sulfat Anhidrat
7. Molish
8. Asam Sulfat Pekat
9. HCl 2N
10. Pereaksi Meyer
11. Pereaksi Bouchardat
12. Pereaksi Dragendorff
13. Serbuk Mg
14. Amilalkohol
15. Etanol 96%
16. Asam Sulfat 2N
17. Asam Asetat Anhidrat
18. Besi (III) Klorida 1%
19. Pereaksi Stiasny
20. Natrium Asetat
21. NaOH 1N
22. Amonia 10%
23. Petroleum eter
24. Kertas saring

D. Cara Kerja
1. PEMBUATAN SIMPLISIA
1 kg bahan segar dibersihkan dari pengotor kemudian dirajang dan dikeringkan hingga menjadi simplisia kering. Hasil kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya.

2. IDENTIFIKASI ALKALOID
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5g kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml aquadest, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit. Dinginkan dan disaring, filtrate digunakan untuk perconaan berikut:
a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Meyer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning
b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna merah atau jingga
c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk warna merah atau jingga.
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari ketiga percobaan tersebut (Depkes, 1989).

3. IDENTIFIKASI FLAVONOID
Sebanyak 10g serbuk simplisia ditambahkan air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amilalkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alcohol (Farnsworth, 1996).

4. IDENTIFIKASI SAPONIN
Sebanyak 0,5g serbuk simplisia, dimasukan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang menetap setinggi 1 sampai 10 cm, tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2N menunjukan adanya saponin (Depkes, 1989).

5. IDENTIFIKASI GLIKOSIDA
Sebanyak 3g serbuk simplisia disari dengan 30 ml etanol 96% dan air (7:3) dan 10 ml asam sulfat 2N. Direfluks selama 1 jam, dinginkan dan saring . Pada 20 mlfiltrat ditambahkan 25 ml timbal (II) asetat 0,4M dikocok dan didiamkan selama 5 menit, disaring. Filtrat disari 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol (3:2). Pada kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50ᴼC. Sisa larutkan dengan 2 ml etanol. Larutan sisa dimasukan dalam tabung reaksi selanjutnya diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish. Tambahkan dengan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan menunjukan adanya gula, dengan demikian menunjukan adanya glikosida (Depkes, 1989).

6. IDENTIFIKASI STEROID DAN TRITERPENOID
Sebanyak 20 mg ekstrak dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam (dalam wadah dengan penutup rapat), kemudian disaring dan diambil filtratnya. Sebanyak 5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Lieberman-Buchard). Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid (Harborne, 1987).

7. IDENTIFIKASI TANIN
Terdapat 0,5g serbuk simplisia disari dengan 10 ml aquadest, dididihkan selama 15 menit, didinginkan dan disaring dengan kertas saring, kemudian filtrat dibagi dua bagian. Ke dalam filtrat bagian pertama ditambahkan larutan feri (III) klorida 1%. Terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa golongan tanin. Ke dalam filtrat bagian kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny (formaldehida 30% : HCl pekat = 2:1) dan dipanaskan di atas penganas air. Terbentuknya endapan merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat, dan ditambahkan beberapa tetes larutan feri (III) klorida 1%. Terbentuknya warna biru tinta menunjukkan adanya tanin galat (Depkes, 1989).

8. IDENTIFIKASI KUINON
Sebanyak 5 ml larutan percobaan yang diperoleh dari identifikasi flavonoid terhadap ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1N. Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon (Djamil dan Anelia, 2009).

9. IDENTIFIKASI KUMARIN
Sebanyak 40 mg ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml) dan ditambahkan 10 ml kloroform. Setelah dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, tabung reaksi dipanaskan 20 menit di atas penangas air dan didinginkan. Sereaksi, dan ditambahkan 0,5 ml larutan ammonia 10%. Terjadinya fluoresensi hijau atau biru diamati di bawah sinar ultraviolet pada panjang gelombang 366 nm menunjukkan adanya senyawa golongan kumarin (Djamil dan Anelia, 2009).
10. IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI
Sebanyak 40 mg ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), lalu ditambahkan 10 ml larutan petroleum eter. Pada mulut tabung dipasangi corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air, kemudian dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan setelah dingin disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap, residu dilarutkan dalam pelarut alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan kertas saring. Residu yang berbau aromatik menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri (Djamil dan Anelia, 2009).

E. Hasil Pengamatan
no
Nama Uji
Gambar
Keterangan
Hasil
1
Alkaloida
1.   Filtrate + 2 tetes larutan pereaksi mayer












Jernih / bening






_

 tidak mengandung alkaloida

2.   Filtrate + 2 tetes pereaksi dargendroff

 




Kuning




_
tidak mengandung alkaloida
2
Flavonoid
Serbuk simplisia + air panas àdidihkan selama 5 menit ,saring + 0.1 gram serbuk magnesium + 1 ml asam klorida pekat-àkocok biarkan memisah



Jernih / bening



_
tidak mengandung flavonoid
3
Saponin
Serbuk simplisia + asir panas , dinginkan , kocok kuat – kuat selama 10 detik




Tidak terbentuk busa



_

tidak mengandung saponin
4
Tanin
Serbuk simplisia disari dengan 10 ml air , didihkan selama 5 menit, dinginkan + larutan FeCl3 1 %



Hijau  ada endapan hiaju kehitaman



+
mengandung tanin
5
Kuinon
Larutan yang diperoleh dari percobaan flavonoid + NaOH 1 N








Jernih / bening

 tidak mengandung kuinon


_







F. Pembahasan
      Skrining fitokimia adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan aktif dari suatu tumbuhan atau bagian tumbuhan dengan cara sederhana.Pada skrining fitokimia dilakukan 2 metode yaitu uji tabung dan uji KLT. Pada praktikum ini digunakan uji tabung untuk menentukan zat aktif pada daun sereh.Senyawa yang akan diuji adalah ada atau tidaknya kandungan alkaloida, saponin, flavonoid, tannin, dan kuinon  .
     Langkah pertama sebelum melakukan pengujian adalah dengan pembuatan simplisia dari daun sereh. Daun sereh dihaluskanterlebih dahulu, ini bertujuan menghancurkan dinding sel yang sifatnya kakusehingga metabolitme sekunder yang terdapat dalam vakuola mudah diambil dan mudah melakukan pengujian.Penghalusan daun sereh melalui beberapa tahap yaitu :
3.    Pencucian daun sereh segar
Daun sereh dicuci dengan air mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran atau zat asing yang tidak diinginkandan mencegah adanya kontaminasi yang dapat mempengaruhi dalam pengujian
4.    Penghalusan
Proses dilakukan dengan cara di cincang, hal ini bertujuan untuk memperkecil ukuran  daun sereh sehingga diperoileh daun sereh dalam keadaan halus.

Daun sereh yang sudah terbentuk kemudian dilakukan pengujian :
·         UJi Alkaloida
Pada uji ini Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5g kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml aquadest, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit. Penambahan HCl  berfungsi untuk membentuk garam alkaloida yang bersifat basa dapat larut dalam pelarut yang bersifat asam.Fungsi dalam pemansan adalah untuk membentuk garam  alkaloida yang stabil,kemudian filtrate yang didapat dibagi menjadi dua, filtrate digunakan untuk percobaan berikut:
a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Meyer terbentuk warna bening / jernih  . Ini menandakan daun sereh tidak mengandung alkaloida(negative alkaloida).
b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff terbentuk warna kuning . Ini menandakan bahwa daun sereh tidak mengandung alkaloida(negative alkaloida).
·         Uji Flavonoid
Sebanyak 10g serbuk simplisia ditambahkan air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat, dikocok dan dibiarkan memisah , dari hasil uji didapat warna jernih . Ini menandakan daun sereh tidak mengandung flavonoid.
·         Uji Saponin
Sebanyak 0,5g serbuk simplisia, dimasukan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, hasil praktikum tidak menujukan adanya buih . Ini menandakan daun sereh tidak mengandung saponin.
·         Uji Tanin
0.5g serbuk simplisia disari dengan 10 ml aquadest, dididihkan selama 15 menit, didinginkan dan disaring dengan kertas saring, kemudian filtrat. Ke dalam filtrat  ditambahkan larutan feri (III) klorida 1%. Terbentuknya warna hijau ada endapan hijau kehitaman . Ini menandakan daun sereh  mengandung tannin.
·         Uji kuinon
Sebanyak 5 ml larutan percobaan yang diperoleh dari identifikasi flavonoid terhadap ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi,hasil praktikum menunjukkan warna jernih / bening .Ini menandakan daun sereh tidak mengandung kuinon.

G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat ditarik kesimpulan:
1.Skrining fitokimia adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan aktif dari suatu tumbuhan atau bagian dengan cara sederhana.
2.Praktikan mampu dalam melakukan skrining fitokimia mulai dari  pembuatan serbuk daun sereh sampai dengan pengujian menggunakan uji tabung (uji pendahuluan , uji tannin, uji saponin, uji alkaloida, uji kuinon dan uji flavonoid )  
3.Identifikasi  daun sereh dalam praktikum ini menghasilkan bahwa daun sereh  mengandung tannin ( positif )

H. Daftar Pustaka
    Departemen Kesehatan, 1989, Materia MedikaIndonesia Jilid V, Jakarta : Departemen  
                 Kesehatan Republik Indonesia.
    Harborne,J.B.,1987.Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan ,
                 Penerbit ITB; Bandung
    Teyler .V.E.,dkk, 1988,Pharmakognosy 9th Edition,187 – 188,Phiadelphia : Lea & Febiger.