LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN I
PEMBUATAN SIMPLISIA
DAN SKRINNING FITOKIMIA
Nama : Yohana Siti Riris Andayani
NIM : 1606067055
Kelompok : B /6
Hari
, Tanggal Praktikum : Senin, 23
April 2018
Dosen
Pembimbing : Erma Yunita, M.Sc., Apt.
LABORATURIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
A.Tujuan Praktikum
Mahasiswa
dapat melakukan pembuatan simplisia serta prosedur penapisan fitokimia untuk
mengidentifikasi kandungan zat aktif simplisia.
B. Dasar Teori
Simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan
yang dikeringkan.
Terdapat
3 jenis simplisia yaitu :
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat
berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara
ketiganya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan
utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni.
c.
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni.
Proses
pembuatan simplisia
1.
Pengumpulan bahan baku
Tahapan
pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang
paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Panen daun atau herba
dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai
dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.
2.
Sortasi basah
Sortasi
basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi
dilakukan terhadap tanah dan krikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau
bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang rusak
(dimakan ulat dan sebagainya).
3.
Pencucian
Pencucian
simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama
bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar
pestisida.
4.
Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk
simplisia adalah untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan
maka bahan baku akan semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk untuk
rimpang, daun dan herba adalah perajangan
5.
Pengeringan
Proses
pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga
bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri serta memudahkan dalam
hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan
sebagainya). Pengeringan dapat dilakukan lewat sinar matahari langsung maupun
tidak langsung juga dapat dilakukan dalam oven dengan suhu maksimum 60oC.
6.
Sortasi Kering
Sortasi
kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Pemilihan
dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat
terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya, atau
dibersihkan dari kotoran hewan.
7.
Pengepakan dan penyimpanan
Setelah
tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan
dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu
dengan yang lainnya (Anonim, 2000).
Salah satu pendekatan untuk
penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia yang terkandung dalam
tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan
golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang
mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari
pendekatan ini juga dapt digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai
nilai ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum, dan
lain-lain. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan
senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin,kumarin, quinon,
steroid/terpenoid (Teyler V.E, 1988).
C.
Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Beaker glass
3. Pipet tetes
4. Spatula
5. Pengaduk
6. Pemanas
7. Corong
8. Penjepit
BAHAN
1. Daun ketela segar, simplisia lada, simplisia temu kunci, sereh segar
2. Aquadest
3. Timbal (II) asetat
4. Kloroform
5. Isopropanol
6. Natrium Sulfat Anhidrat
7. Molish
8. Asam Sulfat Pekat
9. HCl 2N
10. Pereaksi Meyer
11. Pereaksi Bouchardat
12. Pereaksi
Dragendorff
13. Serbuk Mg
14. Amilalkohol
15. Etanol 96%
16. Asam Sulfat 2N
17. Asam Asetat Anhidrat
18. Besi (III) Klorida 1%
19. Pereaksi Stiasny
20. Natrium Asetat
21. NaOH 1N
22. Amonia 10%
23. Petroleum eter
24. Kertas saring
D.
Cara Kerja
1. PEMBUATAN
SIMPLISIA
1 kg bahan segar
dibersihkan dari pengotor kemudian dirajang dan dikeringkan hingga menjadi
simplisia kering. Hasil kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya.
2. IDENTIFIKASI
ALKALOID
Serbuk simplisia
ditimbang sebanyak 0,5g kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml
aquadest, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit. Dinginkan dan
disaring, filtrate digunakan untuk perconaan berikut:
a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi
Meyer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning
b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah pereaksi Bouchardat, akan
terbentuk endapan berwarna merah atau jingga
c. Filtrat sebanyak
3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk warna
merah atau jingga.
Alkaloid positif
jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari ketiga percobaan
tersebut (Depkes, 1989).
3. IDENTIFIKASI
FLAVONOID
Sebanyak 10g serbuk
simplisia ditambahkan air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam
keadaan panas, kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1g serbuk magnesium dan 1 ml
asam klorida pekat dan 2 ml amilalkohol, dikocok dan dibiarkan memisah.
Flavonoid positif jika warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alcohol
(Farnsworth, 1996).
4. IDENTIFIKASI
SAPONIN
Sebanyak 0,5g serbuk
simplisia, dimasukan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan air panas, didinginkan
kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang menetap
setinggi 1 sampai 10 cm, tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan
penambahan asam klorida 2N menunjukan adanya saponin (Depkes, 1989).
5. IDENTIFIKASI
GLIKOSIDA
Sebanyak 3g serbuk
simplisia disari dengan 30 ml etanol 96% dan air (7:3) dan 10 ml asam sulfat
2N. Direfluks selama 1 jam, dinginkan dan saring . Pada 20 mlfiltrat
ditambahkan 25 ml timbal (II) asetat 0,4M dikocok dan didiamkan selama 5 menit,
disaring. Filtrat disari 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran
kloroform-isopropanol (3:2). Pada kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat
anhidrat, disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50ᴼC. Sisa larutkan
dengan 2 ml etanol. Larutan sisa dimasukan dalam tabung reaksi selanjutnya
diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes
Molish. Tambahkan dengan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding
tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan menunjukan adanya
gula, dengan demikian menunjukan adanya glikosida (Depkes, 1989).
6. IDENTIFIKASI
STEROID DAN TRITERPENOID
Sebanyak 20 mg
ekstrak dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam (dalam wadah dengan penutup
rapat), kemudian disaring dan diambil filtratnya. Sebanyak 5 ml dari filtrat
tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Ke dalam residu
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat
(pereaksi Lieberman-Buchard). Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan
adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid (Harborne, 1987).
7. IDENTIFIKASI
TANIN
Terdapat 0,5g serbuk
simplisia disari dengan 10 ml aquadest, dididihkan selama 15 menit, didinginkan
dan disaring dengan kertas saring, kemudian filtrat dibagi dua bagian. Ke dalam
filtrat bagian pertama ditambahkan larutan feri (III) klorida 1%. Terbentuknya
warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa golongan tanin.
Ke dalam filtrat bagian kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny (formaldehida
30% : HCl pekat = 2:1) dan dipanaskan di atas penganas air. Terbentuknya
endapan merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan
disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat, dan ditambahkan beberapa
tetes larutan feri (III) klorida 1%. Terbentuknya warna biru tinta menunjukkan
adanya tanin galat (Depkes, 1989).
8. IDENTIFIKASI
KUINON
Sebanyak 5 ml
larutan percobaan yang diperoleh dari identifikasi flavonoid terhadap ekstrak
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH
1N. Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon (Djamil
dan Anelia, 2009).
9. IDENTIFIKASI KUMARIN
Sebanyak
40 mg ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml) dan ditambahkan
10 ml kloroform. Setelah dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah
dibasahi dengan air) pada mulut tabung, tabung reaksi dipanaskan 20 menit di
atas penangas air dan didinginkan. Sereaksi, dan ditambahkan 0,5 ml larutan ammonia 10%. Terjadinya
fluoresensi hijau atau biru diamati di bawah sinar ultraviolet pada panjang
gelombang 366 nm menunjukkan adanya senyawa golongan kumarin (Djamil dan
Anelia, 2009).
10. IDENTIFIKASI
MINYAK ATSIRI
Sebanyak 40 mg
ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), lalu ditambahkan 10
ml larutan petroleum eter. Pada mulut tabung dipasangi corong yang diberi
lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air, kemudian dipanaskan selama 10
menit di atas penangas air dan setelah dingin disaring dengan kertas saring.
Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap, residu dilarutkan dalam
pelarut alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan kertas saring. Residu yang
berbau aromatik menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri (Djamil dan
Anelia, 2009).
E. Hasil Pengamatan
no
|
Nama Uji
|
Gambar
|
Keterangan
|
Hasil
|
|
1
|
Alkaloida
1. Filtrate + 2 tetes larutan pereaksi mayer
|
Jernih / bening
|
_
tidak mengandung alkaloida
|
||
2. Filtrate + 2 tetes pereaksi dargendroff
|
Kuning
|
_
tidak mengandung alkaloida
|
|||
2
|
Flavonoid
Serbuk simplisia +
air panas àdidihkan selama 5 menit ,saring + 0.1 gram serbuk
magnesium + 1 ml asam klorida pekat-àkocok biarkan memisah
|
Jernih / bening
|
_
tidak mengandung flavonoid
|
||
3
|
Saponin
Serbuk simplisia +
asir panas , dinginkan , kocok kuat – kuat selama 10 detik
|
|
Tidak terbentuk
busa
|
_
tidak mengandung saponin
|
|
4
|
Tanin
Serbuk simplisia
disari dengan 10 ml air , didihkan selama 5 menit, dinginkan + larutan FeCl3
1 %
|
Hijau ada endapan hiaju kehitaman
|
+
mengandung tanin
|
||
5
|
Kuinon
Larutan yang
diperoleh dari percobaan flavonoid + NaOH 1 N
|
Jernih / bening
|
tidak mengandung kuinon
_
|
||
F.
Pembahasan
Skrining
fitokimia adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan aktif dari
suatu tumbuhan atau bagian tumbuhan dengan cara sederhana.Pada skrining
fitokimia dilakukan 2 metode yaitu uji tabung dan uji KLT. Pada praktikum ini
digunakan uji tabung untuk menentukan zat aktif pada daun sereh.Senyawa yang
akan diuji adalah ada atau tidaknya kandungan alkaloida, saponin, flavonoid,
tannin, dan kuinon .
Langkah pertama sebelum melakukan pengujian adalah dengan pembuatan
simplisia dari daun sereh. Daun sereh dihaluskanterlebih dahulu, ini bertujuan
menghancurkan dinding sel yang sifatnya kakusehingga metabolitme sekunder yang
terdapat dalam vakuola mudah diambil dan mudah melakukan pengujian.Penghalusan
daun sereh melalui beberapa tahap yaitu :
3. Pencucian daun sereh segar
Daun sereh dicuci
dengan air mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran atau zat asing
yang tidak diinginkandan mencegah adanya kontaminasi yang dapat mempengaruhi
dalam pengujian
4. Penghalusan
Proses dilakukan
dengan cara di cincang, hal ini bertujuan untuk memperkecil ukuran daun sereh sehingga diperoileh daun sereh
dalam keadaan halus.
Daun sereh yang sudah terbentuk kemudian dilakukan pengujian :
·
UJi Alkaloida
Pada uji ini Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5g
kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml aquadest, dipanaskan di atas
penangas air selama 2 menit. Penambahan HCl
berfungsi untuk membentuk garam alkaloida yang bersifat basa dapat larut
dalam pelarut yang bersifat asam.Fungsi dalam pemansan adalah untuk membentuk
garam alkaloida yang stabil,kemudian
filtrate yang didapat dibagi menjadi dua, filtrate digunakan untuk percobaan
berikut:
a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan
2 tetes larutan pereaksi Meyer terbentuk warna bening / jernih . Ini menandakan daun sereh tidak mengandung
alkaloida(negative alkaloida).
b. Filtrat sebanyak
3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff terbentuk warna kuning .
Ini menandakan bahwa daun sereh tidak mengandung alkaloida(negative alkaloida).
·
Uji Flavonoid
Sebanyak 10g serbuk simplisia ditambahkan air panas, didihkan selama 5
menit dan disaring dalam keadaan panas, kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1g
serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat, dikocok dan dibiarkan memisah ,
dari hasil uji didapat warna jernih . Ini menandakan daun sereh tidak
mengandung flavonoid.
·
Uji Saponin
Sebanyak 0,5g serbuk simplisia, dimasukan kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik,
hasil praktikum tidak menujukan adanya buih . Ini menandakan daun sereh tidak
mengandung saponin.
·
Uji Tanin
0.5g serbuk simplisia disari dengan 10 ml aquadest, dididihkan selama
15 menit, didinginkan dan disaring dengan kertas saring, kemudian filtrat. Ke
dalam filtrat ditambahkan larutan feri
(III) klorida 1%. Terbentuknya warna hijau ada endapan hijau kehitaman . Ini
menandakan daun sereh mengandung tannin.
·
Uji kuinon
Sebanyak 5 ml larutan percobaan yang diperoleh dari identifikasi
flavonoid terhadap ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi,hasil praktikum
menunjukkan warna jernih / bening .Ini menandakan daun sereh tidak mengandung
kuinon.
G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat ditarik kesimpulan:
1.Skrining fitokimia adalah metode yang digunakan untuk mengetahui
kandungan aktif dari suatu tumbuhan atau bagian dengan cara sederhana.
2.Praktikan mampu dalam melakukan skrining fitokimia mulai dari pembuatan serbuk daun sereh sampai dengan
pengujian menggunakan uji tabung (uji pendahuluan , uji tannin, uji saponin,
uji alkaloida, uji kuinon dan uji flavonoid )
3.Identifikasi daun sereh dalam
praktikum ini menghasilkan bahwa daun sereh mengandung tannin ( positif )
H. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan, 1989, Materia MedikaIndonesia
Jilid V, Jakarta : Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia.
Harborne,J.B.,1987.Metode
Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan ,
Penerbit ITB;
Bandung
Teyler .V.E.,dkk,
1988,Pharmakognosy 9th Edition,187 – 188,Phiadelphia : Lea &
Febiger.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar