LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN II
IDENTIFIKASI TANIN DARI DAUN SIRIH HIJAU ( Piper betle L.)
Nama : Yohana Siti Riris Andayani
NIM : 1606067055
Kelompok : B /6
Hari
, Tanggal Praktikum : Senin , 7 Mei 2018
Dosen
Pembimbing : Erma Yunita M.Sc., Apt
LABORATURIUM F ITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
A.Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat memahami dan dapat melakukan
identifikasi tanin dari daun sirih hijau berikut analisis kualitatif golongan
senyawa tersebut dengan metode Kromatografi lapis Tipis
B. Dasar Teori
Infusa Infusa
adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air
pada suhu 90°C selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara
infundasi. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan
metode ini menghasilkan ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman
dan kapang. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan
lunak yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan
lama. Keuntungan dan kekurangan metode infundasi: a. Keuntungan: 1. Unit alat
yang dipakai sederhana 2. Biaya operasionalnya relatif rendah 3. Dapat menyari
simplisia dengan pelarut air dalam waktu singkat b. Kerugian: 1. Zat-zat yang
tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali, apabila kelarutannya
sudah mendingin. 2. Menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh
kuman dan kapang.
Kromatografi
Kromatografi
adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya
semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary)
dan fasa gerak (mobile),
pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat
digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat
padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut
dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai
kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka
semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang
terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion,
kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta
kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk.,
1995).
C.
Alat dan Bahan
Alat
1. Seperangkat alat maserasi
2. Seperangkat alat KLT
3. Beaker glass
4. Stirer
5. Rotavapour
6. Cawan porselin
BAHAN
1. Simplisia temu kunci (Boesenbergia pandurata)
2. Etanol
3. Etil asetat
4. Heksan
5. Standar
pinostrobin
D.
Cara Kerja
1. EKSTRAKSI DAN
ISOLASI
Timbang 40 gram sebuk bahan, masukkan dalam
panci infus dan tambahkan 240 ml air. Didihkan selama 15 menit 90ᴼC. Saring
campuran melalui corong Buchner sehingga diperoleh filtrat yang jernih dan
pindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml yang bersih. Simpan dalam lemari es selama
1 minggu sehingga terbentuk kristal amorf putih kekuningan. Tuangkan sebagian
besar larutan jernih dengan hati-hati agar kristal tidak ikut tertuang,
kemudian saring kristal yang ada pada dasar erlenmeyer melalui kertas saring
yang telah ditara. Jika masih ada kristal yang menempel pada dasar erlenmeyer
bilas dengan air suling dan tuangkan bilasan ke kertas saring, cuci kristal
dengan 10 ml air es. Keringkan kertas saring bersama endapan pada suhu 50ᴼC,
sampai kering kemudian ditimbang untuk memperoleh rendemen dari hasil yang
didapat.
2. IDENTIFIKASI
FLAVONOID
Larutan
dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi
sebagai berikut:
a. Fase diam : Silika gel GF 254
b. Fase gerak : n-butanol – asam asetat – air (5:1:4)
c. Cuplikan : larutan sampel dan pembanding larutan
asam tanat
d.
Deteksi : UV 366
Catat
harga Rf dan warna yang terbentuk.
E. Hasil Pengamatan
a.Ekstraksi
dan isolasi
Nama
simplisia : Piper
betle
Metode
ekstraksi : infundasi
Jumlah
pelarut yang digunakan : 240 ml
Jumlah
siklus : 1 kali
Rendemen
ekstrak = 103 gram : 280
gram X 100 %
= 36.67 %
Pemerian
ekstrak daun sirih
Warna : coklat
Rasa : sedikit pedas
Bau :
aromatic
Bentuk
/ tekstur : cair
b.identifikasi dengan kromatografi
fase
diam : silica GF 254
fase
gerak : n – butanol – asama asetat –
air (5 :1:4)
pembanding : Larutan asam tanat
Jarak yang ditempuh Analit = 4,4 cm
Jarak yang ditempuh larutan pembanding = 4,9 cm
Rf
analit = 4.4 cm : 6 cm
= 0.81
Rf
pembanding = 4.9 cm : 6 cm
= 0.73
no
|
Prosedur
Kerja
|
Keterangan
|
1
|
daun sirih hijau yang sudah di cuci di timbang sebanyak gram
|
|
2
|
Daun
sirih di Rajang kira kira 2 cm
|
|
3
|
Masukkan dalam panci infus,
tambahkan 240 ml air
|
|
4
|
Didihkan
dengan suhu 90 derajat celcius selama 15 menit
|
|
5
|
Biarkan
dingin, ambil ampas, saring dengan kertas saring
|
|
6
|
Filtrat
masukkan dalam Erlenmeyer
|
|
7
|
Jenuhkan bejana kromatografi dengan fase gerak berupa campuran : n-butanol – asam asetat –
air (5:1:4)
|
|
8
|
Taruh sepotong kertas saring
dalam bejana, tutup
|
|
9
|
Siapkan lempeng kromatografi
silica gel GF 254 , beri tanda garis awal dan akhir
|
|
10
|
Totolkan hasil filtrate daun
sirih dan totolkan larutan asam tanat ke atas permukaan lempeng KLT
|
|
11
|
Masukkan lempeng KLT dalam bejana
kromatografi yang sudah di jenuhkan
|
|
12
|
Setelah fase gerak mencapai batas
atas , hentikan elusinya, ambil lempeng kromatografi kering kan dengan cara
diangin – angin dan biarkan pada suhu kamar
|
|
13
|
Hasil pengamatan pada sinar
tampak
|
|
14
|
Hasil pengamatan pada sinar UV
366 nm , analit berwarna hijau
Lempeng silica GF 254 di semprot dengan larutan FECl3 terbentuk warna hijau kehitaman
|
F. Pembahasan
Infundasi adalah proses penyarian
untuk kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan – bahan nabati.
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada
suhu 90 C selama 15 menit.Pada praktikum
ini menggunakan daun sirih hijau segar .
Sebelum
silakukan perebusan . daun sirih dicuci dengan air mengalir dan dikering
anginkan,selanjutnya dilakukan perajangan kurang lebih 1 cm. Tujuan dari
perajangan adalah untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas permukaan
menjadi lebih besar dan zat aktif akan tersari lebih banyak.Setelah perajangan
kemudian timbang sebanyak 40 gram, masukkan dalam panci infus tambahkan air sebanyak 240 ml. Digunakan pelarut air karena menurut
literature bahwa infundasi dilakukan dengan menyari kandungan zat aktif larut dalam air.Selain
itu keuntungan lain air sebagai pelarut yaitu murah dan mudah didapat, tidak
beracun, dan mudah didapat . Tetapi air
juga memiliki kelemahan yaitu tidak selektif , sari dapat ditumbuhi
kapang dan kuman sehingga cairan infusa
cepat rusak.Dari kelemahan tersebut maka sari yang diperoleh dari cara
infundasi tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam karena penyarian secara
infundasi menghasilkan sari yang tidak
stabil dan mudah di tumbuhi kapang dan kuman.
Didihkan panci infus dengan suhu 90 derajat
celcius selam 15 menit.Digunakan suhu 90 derajat celcius karena pada suhu
tersebut pelarut dapat menarik zat aktif yang ada dalam daun sirih.
Kemudian disaring dengan kertas saring dalam kondisi dingin,
karena untuk menghindari penguapan
dimana daun sirih mengandung minyak atsiri yang tinggi.
Volume
yang didapat dari proses infundasi adalah sebanyak 103 gram. Sehingga dapat
dihitung rendemen ekstrak dengan rumus :
Rendemen
ekstrak = berat ekstrak yang didapat : berat simplisia X 100 %.
Dan
diidapat rendemen ekstrak sebanyak 36,79 %. Ini sesuai literature , yaitu
literature menyatakan bahwa rendemen yang didapat tidak kurang dari 14 %
(MMI,1980)
Untuk percobaan yang kedua yaitu
mengidentifikasi dengan KLT ( krimatografi Lapis Tipis ) digunakan fase diam lempeng silica GF 254 dan fase gerak yang terdiri dari n – butanol : asam asetat : air
(5:4:1).Prosedur pertama yang dikerjakan adalah penjenuhan chamber dengan fase
gerak dengan meletakkan kertas saring pada
chamber .Siapkan lempeng silica GF 254 yang sudah ditotol filtrate daun
sirih dan pembanding ( larutan asam tanat ) kemudian masukkan dalam chamber
yang sudah dijenuhkan.Biarkan fase gerak bergerak sampai pada tanda batas akhir. Kemudian
hentikan elusi , ambil lempeng Silica GF 254 kering anginkan pada suhu kamar
dan deteksi dengan UV 254 nm dan 366 nm. Dalam penyinaran menggunakan UV 366 nm
terlihat warna hijau pada analit. Ini menandakan bahwa daun sirih hijau
mengandung tannin.
Untuk pembuktian lebih lanjut
silica GF 254 di semprot dengan FeCl3 , terbentuk warna hijau kehitaman , ini
membuktikan bahwa daun sirih hijau positif mengandung tannin.Jarak tempuh
analit diukur yaitu 4,4 cm dan jarak
tempuh larutan pembanding 4.9 cm. Sehingga dapat dihitung Retensi faktor nya
(Rf) dengan rumus = jarak yang ditempuh analit : jarak yang ditempuh fase gerak, dan didapat Rf analit sebesar
0,81 dan Rf pembanding 0, 71.
G. Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan
1.
Praktikan
memahami dan dapat melakukan identifikasi tannin dari daun sirih hijau berikut
analisis kulitatif dengan metode KLT
2.
Rendemen
ekstrak didapat 36,79 % sesuai dengan
literature yang ada
3.
Rf
analit didapat 0,81 dan Rf pembanding
didapat 0,73
4.
Pada
pengamatan plat silica GF 254 dibawah
sinar UV 366 nm terdeteksi warna hijau pada analit
5.
Daun
sirih hijau positif mengandung tannin
dibuktikan dengan penyemprotan
FeCl3 pada lempeng silica GF 254
terbentuk warna hijau
kehitaman
H. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI,1989, Maetria Medika
Indonesia jilid V, Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hostettman
.K., dkk.,1995,Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit ITB, Bandung.
Sasrohamidjojo,
Hardjono.,2001, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta.