LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN VI
FRAKSINASI SECARA
EKSTRASI CAIR - CAIR
Nama : Yohana Siti Riris Andayani
NIM
: 1606067055
Kelompok : B /6
Hari , Tanggal Praktikum : Senin , 16 Juli 2018
Dosen Pembimbing : Erma Yunita, M.Sc., Apt.
LABORATURIUM F ITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
A.Tujuan
Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi
ekstrak tumbuhan dengan Ekstraksi Cair-cair.
B.
Dasar Teori
Fraksinasi
Ekstrak
kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawa sehingga sulit
dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolat yang murni. Untuk
mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berisi
kelompok senyawa yang memiliki sifat polaritas atau ukuran molekul yang hampir
sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi
cair-cair kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom, misalnya kromatografi
cair vakum, kolom kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran, atau ekstraksi
fase padat. Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak
fraksi karena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa dalam
konsentrasi yang kecil.
Partisi Ekstraksi Cair - Cair
Ekstraksi cair - cair merupakan suatu
metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah sehingga biasa juga disebut
dengan ekstraksi corong pisah.Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan
pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling
bercampur kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut
organik, dan pelarut air dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan
sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan
terbentuk dua lapisan fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua
fasa tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi
yang tetap.
Corong pisah adalah peralatan
laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan
komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas
yang berbeda yang tak tercampur. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi
setengah bola, mempunyai penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah
yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya
terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml
sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar
dan dipasang sentrifuge.Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut
dimasukkan kedalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian
ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur.
Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang
berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase
berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan
ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa organic
lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun etilasetat.
Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang
memiliki atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari
fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada bagian dasar sementara fraksi
yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk memisahkan golongan
utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat polar
akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut non
polar.
Terjadinya proses pemisahan dapat dengan
cara :
1)
Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan padatan
dengan cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi pemisahan dengan baik,
maka komponen-komponen tersebut harus mempunyai afinitas yang berbeda terhadap
adsorben dan ada interaksi antara komponen dengan adsorben
2)
Partisi - Fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling
bercampur - Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara fase diam dan
fase gerak. Karena fase diam memberikan
daerah yang sangat luas bagi fase
gerak, maka pemisahan
berlangsung lebih baik.
Prinsip ekstraksi cair-cair adalah dilakukan dengan cara pemisahan
komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana
sebagian komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua.
Lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai
terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan
komponen kimi yang terpisah.
Kromatografi
Kromatografi
adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya
semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan
fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa
tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat
digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat
padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut
dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai
kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka
semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang
terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion,
kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta
kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).
C.
Alat dan Bahan
Alat
1.Beaker gelas
2.corong pisah
3.gelas ukur
BAHAN
1. Ekstrak hasil maserasi temu kunci
2. n-Heksan
3. Etil Asetat
4. Etanol 96%
5. Aquadest
6. Standar
pinostrobin
D. Cara Kerja
1.Ekstraksi
Cair – cair
Ekstrak temu kunci hasil maserasi diencerkan menggunakan air, masukkan
ekstrak ke dalam corong pisah lalu tambahkan dengan air sebanyak 20 ml,
difraksinasi berturut-turut dengan air selama 4 kali, pada fraksi ke 2 dan ke 4
ambil sedikit sampel untuk di KLT, jika pada fraksinasi batas tidak terlalu
nampak dapat ditambahkan NaCl 10%
sebanyak 5 ml.
2.Identifikasi
Kromatografi lapis tipis :
Fase diam : Silika
gel GF 254
Fase gerak :
n-heksan : etil saetat (4:1)
Cuplikan : Hasil
fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak murni
Deteksi : UV 366
nm
E.
Hasil pengamatan
Nama
simplisia : Boesenbergia pandurata
Metode
ekstraksi : maserasi
Urutan
fraksinasi :
Fraksi I
: 20 ml ekstrak temu kunci ditambah 20 ml air masukkan dalam corong
pisah , kocok ,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik
sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi I
Fraksi II : ekstrak temu kunci sisa fraksi I ditambah 20 ml air ,
kocok ,biarkan memisah ,buang bagian
air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi II
Fraksi
III : ekstrak temu kunci sisa fraksi II ditambah 20 ml air ,
kocok ,biarkan memisah ,buang bagian
air ambil / cuplik sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi III
Fraksi IV: ekstrak temu kunci sisa fraksi III ditambah 20 ml air, kocok ,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik
sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi IV
JUmlah solvent :
Solvent
I : 20 ml aquadest
Solvent
II : 20 ml aquadest
Solvent
III: 20 ml aquadest
Solvent
IV : 20 ml aquadest
Hasil identifikasi dengan Kromatografi Lapis
Tipis
Fase
diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : n-heksan : etil saetat (4:1)
Cuplikan : Hasil fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak murni
Deteksi : UV 366 nm
Jarak yang ditempuh fraksi II : 3.7 cm
Rf = 3,7 cm : 8cm
=
0,4625
Jarak yang ditempuh fraksi IV : 3.5 cm
Rf = 3,5 cm : 8cm
=0.4375
Jarak yang ditempuh pembanding : 3.78cm
Rf = 3,8 cm : 8cm
=
0.475
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu fraksinasi
ek terhadap maserat temu kunci. Fraksinasi sendiri sendiri adalah pemisahan
senyawa senyawa berdasarkan kelarutan
. dalam praktikum ini menggunakan corong
pisah , corong pisah ini digunakan untuk
memisahkan komponen dalam suatu
campuran antara dua fasa pelarut dengan densitas berbeda yang tak tercampurkan.
Ekstrak temu kunci di fraksinasi dengan pelarut air di dalam corong
pisah , dikocok dengan satu arah dan dilakukan fraksinasi sebanyak 4 kali ,
pada fraksinasi kedua dan ke empat diambil
sedikit untuk pengujian KLT. Dalam identifikasi secara KLT ini digunakan
ekstrak hasil Ektrak Cair-Cair yang dalam keadaan cair. Kemudian sampel yang telah disiapkan ditotolkan
menggunakan pipet kapiler pada lempeng
(untuk masing-masing sampel) yang telah diaktifkan, karena lempeng memiliki
rongga-rongga udara atau kelembabannya tinggi jadi harus diaktifkan jika tidak
diaktifkan maka akan mempengaruhi proses elusi dari lempeng, dan jika proses
elusi terganggu maka akan mempengaruhi penampakan noda. . Kemudian lempeng yang
telah ditotol dimasukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan dengan peletakan
450. Adapun tujuan dari penjenuhan chamber adalah untuk menyamakan
tekanan di dalam dan di luar chamber di mana tekanannya yaitu 1 atm, sehingga
nantinya akan memudahkan senyawa untuk terelusi. Setelah itu chamber ditutup
dan dibiarkan hingga terelusi ke atas
sampai batas elusi yang telah dibuat. Setelah terelusi sempurna lempeng
dikeluarkan dan diangin-anginkan hingga kering dan selanjutnya dilakukan
penandaan pada noda yang tampak. selanjutnya noda yang terbentuk diamati di
bawah sinar lampu UV 366 nm, dimana
penampakan noda pada lampu UV 366 nm lempeng akan tampak berwarna gelap
sedangkan noda akan berflouresensi hal ini disebabkan karena adanya daya
interaksi antara Uv dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada
pada noda tersebut.
Dari hasil pengamatan terlihat dari ketiga noda terlihat warna kuning
kehijuan yang sama jelasnya ,seharusnya ada perbedaan dari fraksi I dan fraksi
Iv, dimana fraksi I seharusnya tampak
lebih jelas dari pada fraksi yang IV, ini dimungkinkan pada waktu penggojokan
kurang maksimal atau pada waktu
penotolan tidak sama rata. Pada hasil
KLT harga Rf fraksi pertama 0.4625 dan Fraksi ke empat 0.4375 dan Rf pembanding 0.475.
G.Kesimpulan
Berdasarkan percobaaan diatas dapat
disimpulkan :
1. Praktikan mampu melalukan fraksinasi
pada ekstrak temu kunci dengan ekstraksi cair – cair
2.
Hasil dari farksinasi I dan IV pada
identifikasi KLT pada sinar UV 366 nm tidak ada perbedaan , ini dikarenakan
kurang dalam pengocoka di corong pisah atau penotolan pada lempeng tidak sama
rata.
H. Daftar Pustaka
Anonim, 1989, Materia Medika Jilid Iv,
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hostettman , K., dkk.,1995, Cara
Kromatografi Preparatif , Penerbit ,ITB, Bandung
Sastroamidjojo , Hardjono,
2001.Kromatografi, Liberty, Yogyakarta
I.Lampiran
NO
|
Prosedur kerja
|
keterangan
|
1
|
Ekstrak temu kunci
sebanyak 20 ml masukkan corong pisah ,tambah aquadest 20 ml, tutup
|
|
2
|
Kocok beberapa kali hingga merata
|
|
3
|
Buka kran, biarkan memisah, buang bagian airnya
|
|
4
|
Cuplik sedikit , taruh di drop plat sebagai fraksi I
|
|
5
|
Pada sisa ekstrak yang di corong pisah tambahkan aquadest 20 ml,
kocok, biarkan memisah dan buang bagian air , cuplik sedikit taruh di drop
plat sebagai fraksi II dan ulangi
langkah tersebut hingga didapat Fraksi II dan IV
|
|
6
|
Jenuhkan bejana dengan fase gerak n heksan : etil asetat (4 : 1)
|
|
7
|
Totolkan fraksi I , IV dan pembanding diatas lempeng silica
|
|
8
|
Masukkan dlam bejana, elusikan sampai tanda batas atas
|
|
9
|
Ambil lempeng KLT kering anginkan dan deteksi pada sinar UV 366
nm, terlihat pada ketiga totolan
berwarna kuning kehijauan
|
|
10
|
Ukur dan Hitung harga Rf
|